Walaupunsistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
Puisiuntuk sang pahlawan tanpa tanda jasa (guru) Harusnya Pemerintah perhatian dengan nasib Mereka yang ada di pelosok negeri ini karena mereka Iklas untuk tempatkan didaerah Plosok. dan Mungkin saya sebagai seorang Murid hanya bisa mengucapkan banyak terimakasih dan hanya bisa membuatkan bait Puisi untuk mengenang jasa beliau.
Ketuntasanbelajar menghendaki sekolah dan guru melakukan banyak kegiatan yang memerlukan dukungan penguasaan berbagai keahlian, seperti filosofis, tujuan, dan materi kurikulum, menilai kemampuan murid berdasarkan bukti, dan membantu memperbaiki hasil belajar murid. Tanpa keahlian tersebut, beberapa langkah persyaratan pembelajaran tuntas
PanduanDak wah Sek olah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar fThariq Yahya 34 Ada 5 kata penting dalam definisi di atas yang mencerminkan kriteria output dakwah sekolah, yakni: - “barisan” ; menunjukkan (a) sejumlah banyak orang, (b) memiliki kesamaan visi dan idealisme, (c) soliditas yang tinggi.
bagaikanfatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi cita-cita dapat dicapai dengan belajar. Peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar sangat diperlukan. Menurut Usman (Arianti, 2018: 118) Peran guru sangatlah signifikan dalam
tanpabimbang. Ami Masra UPM Serdang 1988 Guru oh Guru Berburu ke padang datar, Dapat rusa belang kaki; Berguru kepalang ajar, Ibarat bunga kembang tak jadi. Dialah pemberi paling setia Tiap akar ilmu miliknya Pelita dan lampu segala Untuk manusia sebelum menjadi dewasa. Dialah ibu dialah bapa juga sahabat Alur kesetlaan mengalirkan nasihat
Dalamproses yang ideal, tidak seharusnya ada murid yang ketergantungan pada guru, murid yang menyalahkan nasib atau mengandalkan kecurangan. Komitmen berarti bertanggung jawab, dan sebagaimana namanya hal ini tidak mungkin terjadi instan. Untuk bisa menumbuhkan komitmen yang berkelanjutan, murid membutuhkan kemampuan memahami
F Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Metode inkuiri atau metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Gurumemantau kegiatan pembelajaran, melihat proses pembelajaran. Guru memberi penjelasan jika siswa membutuhkan. Hal ini penting dilakukan agar siswa terbiasa menjadi siswa otonom yang mandiri tanpa harus selalu meminta bimbingan dan bantuan guru. Guru memberi penghargaan atau pujian bagi siswa atau kelompok yang telah melakukan
Implementasipaikem yang saya maksud adalah penerapan model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa agar proses belajar siswa menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk melaksanakan hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kenyataan di lapangan sering kali membuat guru "keteteran", karena yang
TQxXbYU. loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Ustaz Miftah el-BanjaryPakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'anPepatah Arab mengatakan, "Wa innamal 'ilmu bitta'allum. Ilmu itu harus berguru." Pepatah ini sudah menjadi pakem bagi siapa saja yang ingin alim, ingin berilmu , harus berguru. Sebab ilmu tidak akan hasil sempurna kecuali memiliki seorang guru, seorang ini banyak orang yang merasa berilmu hanya dengan membaca artikel di Google, belajar agama di Youtube, berguru di media sosial. Lalu merasa lebih berilmu dari orang yang duduk puluhan tahun membaca kitab di hadapan seorang guru. Baca Juga Al-Qur'an menegaskanهَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ"Tidak akan pernah sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu pengetahuan..." QS az-Zumar Ayat 9Menguasai keilmuan agama yang layak disebut alim itu tidak semudah membuka website dan PDF atau membaca buku-buku terjemahan. Perlu puluhan tahun menghapal matan-matan kitab kuning. Tanya saja para tuan guru, kiyai, ustaz-ustaz pesantren itu bagaimana perjuangan mereka. Ironisnya, ada orang belum pernah baca kitab, belum punya sanad keilmuan, mengklaim anti mazhab, anti fatwa, anti maulid, anti tahlil, anti bid'ah, anti ziarah kubur sebagainya. Bahkan, sekiranya dipaparkan pendapat para imam semisal Imam Suyuthi, Imam Ibn Hajar al-Asqalani, Imam Nawawi, para ulama terdahulu yang tidak diragukan lagi hujjah serta pemahaman mereka terhadap teks-teks Al-Qur'an dan hadits, mereka menolak disebabkan kejahilannya. Ada baiknya tidak saling menuding dan menyalahkan selama persoalan itu masih dalam perdebatan para ulama. Tentu, setiap perdebatan para ulama terkait persoalan khilafiyyah bukan menjadi ranah orang awam ikut mencela serta membid'ahkannya, bukan?Sayangnya, para penuntut ilmu bermazhab Googliyyah ini, seringkali ketika diminta menjelaskan karya para ulama dari literatur klasik Arab gundul, tanpa harakat kebanyakan mingkem, tidak mampu menjelaskan dengan berbagai alasan. Bahkan tidak tahu apa itu ilmu Nahwu dan Sharaf, Manthiq, Balaghah, Dilalah belum dipelajari, apalagi dikuasai. Sebuah dalil itu tidak ujug-ujug ada begitu saja. Tidak cukup melahirkan sebuah pendalilan dari terjemahannya Al-Qur'an semata. Terjemahan itu hanya alih bahasa untuk mendekatkan pemahaman, bukan makna hakiki. Prosesnya panjang. Baca Juga 15 Ilmu Ini Harus Dikuasai Jika Ingin Menafsirkan Al-Qur'anUntuk mengetahui sebuah makna suatu kata, perlu mempelajari dahulu ilmu Dilalah atau ilmu semantik Arab. Untuk mengetahui makna dilalah, harus masuk dulu pada analisa dilalah mu'jamiyyah semantik makna kamus, baru dilalah nahwiyyah, sharfiyyahhinggasiyaqiyyah. Kebetulan ini bidang kajian saya dan saya mengajarkan kata Quru dalam Al-Qur'an dia bermakna ganda. Quru bisa berarti suci, Quru bisa berarti haid. Maknanya mengandung ambigiutas. Sama kata "Kafara" bisa bermakna keluar dari iman, bisa juga menghapuskan pemaknaan secara semantik yang beragam ini nanti akan memunculkan berbagai intepretasi dan tafsiran dari berbagai para mufasir. Maka oleh karena itu, mengapa ada banyak ragam kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama kita sejak abad pertama, pertengahan hingga modern ini. Fenomena ini tidak pernah sunyi dan menentukan sebuah pendalilan yang melahirkan istinbath/ketetapan hukum juga tidak sederhana. Seseorang perlu memahami apa itu istilah Ushuli, seperti Am, Khas, Muaqayyad, Muthlak, Sharih, Mujmal, dan lain pula dalam pendalilan dari sebuah hadis, perlu memahami dan menguasai, apa itu istilah Asbabul Wurud, Tarajim, Rijalul Hadits, Tsiqqah, Mudallas, Mardud, dan sebagainya. Baca Juga Para Fuqaha membagi dasar hukum syariat itu hanya ada pada landasan Halal, Haram, Wajib, Sunnah, Makruh, Mubah. Tidak ada kategori hukum itu dikenal istilah hukum Bid'ah. Tidak ada dalam literatur Fiqh seperti demikian itu. Silakan dikaji dan jika hanya sebatas berguru di internet, ya percaya saja dengan ulama yang sudah diketahui kapasitas keilmuannya dimana, dengan siapa dia berguru, di institusi mana dia belajar, seperti apa dan bagaimana cari yang jelas-jelas sedikit-dikit orang yang berpenampilan ustaz, lantas dengan mudahnya dipanggil dan dianggap ustaz, lihat dulu bacaan Qur'annya, pemahaman ilmu fiqihnya. Jangan mudah melabeli seseorang ustaz, kasihan kalau tidak mumpuni bisa terjebak pada label itu. Nanti justru menyesatkan berfatwa tanpa didasari keilmuan. Apalagi tentang pengetahuan agama yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. Karena itu, perlunya memiliki guru dan sanad keilmuan . Baca Juga Wallahu A'lamrhs
Ma’had Aly – Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Kewajiban menuntut ilmu telah dianjurkan didukung beberapa dalil, sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW berikut طلب العلم فريضة علی كل مسلم و مسلمة “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang muslim dan muslimat.“ Di dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Imam Az-Zarnuji dijelaskan bahwasanya tidak diwajibkan setiap muslim dan muslimat untuk menuntut semua ilmu, akan tetapi menuntut ilmu sebagaimana keadaannya. Menjadi santri yang menuntut ilmu menjadikan dirinya memiliki keutamaan dan derajat yang tinggi. Sebagaimana firman Allah SWT يرفع الله الذين امنوا منكم و الذين اوتوا العلم درجات “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang menuntut ilmu.“ Terlebih banyak keutamaan menuntut ilmu dijelaskan dalam banyak hadis Nabi. Seperti hadis berikut ini. من غدا لطلب العلم صلت عليه الملائكة و بورك له فی معيشته “Siapa orang yang pagi hari menuntut ilmu maka para malaikat akan membacakan shalawat untuknya dan diberkahi kehidupannya.“ Banyak fadhilah orang yang mencari ilmu, juga orang yang mengajarkan serta mereka yang mengamalkan ilmu. Mempelajari ilmu, terutama ilmu agama hendaknya dipelajari melalui guru walaupun keadaan zaman sekarang banyak ilmu praktis nan simpel tersedia di laman tertentu, contoh jika ibu jarinya mengetik satu dua kata yang ingin diketahuinya di tab pencarian, sudah banyak muncul jawaban dari persoalan yang ia tanyakan. Namun dari kemudahan itu, justru kenikmatan menimba ilmu tak didapatkannya. Orang yang belajar melalui seorang guru akan jelas sanad gurunya daripada orang yang belajar otodidak melalui media praktis. Dikhawatirkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, akan mudah terjerumus ke dalam ajaran yang menyimpang dan membuat bingung diri sendiri, sebab tiada keteguhan dalam ilmu yang dipelajarinya. Maka dari itu, sangat tidak dianjurkan jika seseorang belajar tanpa guru. Ilmu didapat tidak cukup secara otodidak, akan tetapi yang paling penting adalah adanya sosok guru yang menjadi pembimbing agar tidak kesasar dalam mengarungi kehidupan dan juga dalam beragama. Di dalam kitab Bajuri disebutkan bahwa siapa yang tidak memiliki guru yang ia jadikan pembimbing, maka gurunya adalah syaitan. من لا شيخ له فشيخه الشيطان “Barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syaitan.“ أبو يزيد يقول من لم يكن له أستاذ فإمامه الشيطان Dalam redaksi lain, Abu Yazid berkata “Dia yang tidak memiliki guru, maka imamnya adalah syaitan.” يقول عبد الكريم القشيري الشافعي في رسالته المعروفة بالرسالة القشيرية يجب على المريد أن يتأدب بشيخ فإن لم يكن له أستاذ لا يفلح أبداً. “Abd al-Karim al-Qushayri al-Shafi’i mengatakan dalam risalahnya yang dikenal sebagai al-Risalah al-Qushayri bahwa seorang murid harus didisiplinkan oleh seorang syekh guru, dan jika dia tidak memiliki seorang guru, maka ia tidak akan pernah berhasil.” Bahayanya Belajar Tanpa Guru KH. Ahmad Baha’udin Nur Salim atau yang dikenal dengan Gus Baha’ menyampaikan di dalam kitab Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, beliau berkata ان يصحح ما يقرٶه قبل حفظه تصحيحا جيدا اما علی الشيخ او علی غيره ممن يتقنه ” Seorang murid santri harus mentashih membenarkan bacaannya sebelum menjaganya dengan tashih yang benar kepada guru atau kepada orang yang diyakininya.“ Dari sini Gus Baha’ menegaskan bahwa orang yang belajar tanpa guru sangat berbahaya dan orang yang belajar harus mentashih bacaannya sebelum menjaga ilmunya. Dalam mentashih bacaan saja pun harus memiliki guru, terlebih banyak fan keilmuan lain yang wajib memiliki guru sehingga jelas sanad keilmuannya. Dapat diambil kesimpulan, orang yang belajar harus ada seorang yang membimbing dan juga ahli dalam keilmuannya. Ada suatu kisah seorang dokter yang bernama Tuma Al-Hakim. Orang tuanya ialah seorang dokter dan mewariskan banyak buku kedokteran kepadanya. Ia pun sibuk menelaah buku-buku dan membaca buku tersebut. Di saat ia membaca buku tersebut, ia menemukan kalimat berikut. الحبة السداء شفاء من كل داء “Habbatussauda’ jintan hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Buku yang ia baca sudah usang dan mengalami kesalahan saat ditulis. Alhasil satu titik huruf ba’ dalam penglihatannya menjadi dua titik, yakni huruf ya’. الحية السوداء شفاء من كل داء “Ular hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Disebutkan dalam beberapa kisah bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang, sebab memberi obat yang terbuat dari ular hitam. Contoh tersebut menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah atau belajar suatu ilmu tanpa guru. Olehsebab itu, tidak diperbolehkan belajaragama secara praktis lewat media-media sosial yang belum jelas dari lisan mana ilmu tersebut dinukil, karena hal itu akan menjadikan kesesatan bagi diri sendiri dan orang lain. Kontributor Robiihul Imam Fiddaroini, Semester 3 Post Views 3,699
Ilmu agama merupakan hal pokok yang wajib dipelajari oleh setiap umat muslim yang telah mukallaf—diberi tanggungan— tanpa terkecuali, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini sebagaimana yang telah Rasul Saw sabdakan dalam الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهSecara kualitas hadis tersebut adalah hadis sahih, sehingga dapat menjadi hujjah atau landasan argumentatif bagi seseorang. Secara sepintas, makna yang terkandung dalam hadis tersebut sangat jelas mengarah pada kewajiban bagi seseorang untuk mencari atau menuntut ilmu. Namun ilmu apa yang dimaksud dalam hadis tersebut ?. Menurut al-Baidlawi, dikutip dari Hasyiyah Assanadi Ala Ibn Majah, yang dimaksud dengan ilmu di sini ialah sesuatu yang tidak ada pilihan lain bagi seseorang untuk mempelajarinya—wajib—, seperti ma’rifat terhadap sang pencipta Allah Swt, wahdaniyyah keesaan Allah, nubuwwah Rasul Saw, dan kaifiyyah tata cara shalat. Apabila kita perhatikan, al-Baidlawi mengisyaratkan bahwa ilmu yang telah beliau sebut, tiada lain adalah ilmu tauhid dan ilmu fiqh. Dua ilmu yang terklasifikasikan dalam ilmu agama dan wajib ain untuk dipelajari. Bahkan ada juga ulama, yaitu Syekh Abu Hafsh, menafsirkan ilmu tersebut dengan ilmu ikhlas. Dan bila dicermati pula, ikhlas ini termasuk ke dalam ilmu akhlak. Dan ilmu akhlak termasuk ilmu agama. Terlepas dari wajibnya mempelajari ilmu agama, lalu bagaimana cara kita meraih ilmu tersebut. Bolehkah kita belajar tanpa berguru ?. Pertanyaan pendek yang sangat menarik jika dibahas. Terlebih pada situasi saat ini, banyak muncul ke permukaan orang-orang yang hanya belajar agama melalui browser tanpa hadir langsung ke majelis ilmu. Tidak talaqqi dengan guru. Ketika bermedia sosial seakan orang yang telah paham segalanya, namun tidak memiliki mata rantai transmisi keilmuan yang jelas. Lantas, seperti apa pandangan Islam atas problematika yang keilmuan yang termanifestasi dalam hubungan guru dan murid merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang, terutama dalam ranah agama. secanggih apapun teknologi yang telah hadir, relasi guru dan murid tidak akan pernah tergantikan. Karena pada dasarnya agama adalah riwayat. Tidak mungkin kita memahami aturan-aturan agama tanpa berguru terlebih dahulu. Ilmu agama yang kita ketahui saat ini merupakan hasil dari hubungan murid dan guru, hingga sampai pada Rasul Saw, sebagai utusan Allah di muka bumi. Gambaran bagi orang yang belajar secara autodidak bagaikan seorang anak berkata pada sang ayah. “Ayah aku lebih memahami karakter kakek daripada ayah”. Bagaimana mungkin seorang cucu dapat mengetahui karakter sang kakek jika ia tidak mengetahuinya dari sang ayah. Begitupun yang terjadi pada seseorang yang belajar agama secara autodidak. Orang yang cerdas sekalipun apabila belajar agama secara individu tanpa berguru, maka kesalahan dalam pemahamannya akan lebih besar daripada kebenarannya, kalaupun pemahamannya benar, itu hanya keberuntungan semata. Rasul Saw pernah bersabda. مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ رواه الترمذيBarang siapa yang berpendapat mengenai al-Quran dengan tanpa ilmu, maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka. Dalam Tuhfatul Ahwadz, yang dimaksud dengan ilmu di atas adalah dalil pasti ataupun dzonni; naqli ataupun aqli; yang masih berkaitan dengan syari’at. Maka jelas jika kita memahami agama tanpa guru, misal saja menafsirkan Quran dengan tanpa ilmu yang sesuai dengan syari’at, maka akan berakibat fatal dan bahkan diancam dengan neraka. Disamping itu, dengan transmisi keilmuan yang jelas. maka keotentikan agama akan selalu terjaga, sesuai dengan sumber primernya yaitu al-Quran. Dan keotentikan ini akan ternodai oleh orang yang mencoba memahami agama dengan dirinya sendiri. Inti dari semua itu adalah perlunya sanad transmisi ilmu yang jelas dalam memahami agama. Agama tidak akan dapat dipahami tanpa berguru terlebih dahulu. Sempatkanlah hadir di majelis ilmu. Rasakan betapa tentramnya hati apabila kita ber-talaqqi bertemu dengan guru. Akan sangat berbeda dengan belajar agama secara autodidak, bahkan dampaknya akan berbahaya bila terus-menerus dilakukan. Wallahu a’lam bisshawaab